Jumat, 21 Juni 2019

Menggapai Puncak Gunung Kaba Wisata Alam di Bumi Raflesia 

           Foto Kawah mati Bukit kaba Foto by Debie satria

Bengkulu atau lebih dikenal sebagai Bumi rafflesia ini selain memiliki obyek wisata pantai, air terjun, bukit, juga memiliki gunung berapi aktif . 

Gunung berapi itu, Gunung Kaba. Gunung Kaba atau lebih sering dikenal dengan sebutan Bukit Kaba terletak di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang lebong, Provinsi Bengkulu. 

Bukit Kaba adalah salah satu Destinasi Wisata andalan Provinsi Bengkulu. yang banyak diminati traveler, khususnya para pencinta alam. “Gunung yang memiliki ketinggian 1952 mdpl tersebut termasuk dalam salah satu Taman Wisata Alam yang memiliki luas 13.940 Ha. Dimana kawasan tersebut digunakan sebagai perlindungan tanaman Bunga raflesia Arnoldi sebab populasinya semakin hari semakin berkurang.” Kata Fendi kordinator petugas taman wisata (TWA) Bukit kaba.
  
Foto bersama Koordinator dan petugas TWA Bukit Kaba

Masuk Kewisata Bukit Kaba diwajibkan Absen dan membayar Rp 10.000/orang dan 5 parkir motor Rp 5000, Rp 10.000 untuk mobil / malamnya, Pendakian Bukit Kaba memiliki dua jalur, pertama dengan jalan beraspal, bisa ditempuh dengan naik ojek dari posko dikaki Bukit Kaba dengan biaya Rp 60.000. jalur kedua yaitu dengan jalan setapak dengan medan yang cukup menantang adrenalin. “namanya aja mendaki gunung masa kita naik ojek” ujar Deka rekan tim saya. Maka dari itu kami memutuskan untuk memilih jalur kedua dengan berjalan kaki.


Sebelum memulai pendakian, tiba-tiba muncul fenomena alam, air jatuh dari langit, sering disebut dengan hujan, sembari menunggu hujan reda saya bersama rekan, beristirahat di posko menyeduh kopi. Memegang secangkir kopi, sambil menatap rintik hujan yang jatuh mengingatkan saya dengan seseorang, tapi hujan tak pernah salah, hanya kenangan yang membuatnya basah. 


Jam menunjukan pukul 04:15 PM hujan telah berhenti kami mulai melakukan pendakian, dengan tanah yang baru dituruni hujan menjadi lumpur. Curamnya tebing disertai jalan yang licin, membuat kami lumayan kesulitan. Dengan semangat yang membara kami terus melakukan pendakian samapai kepuncak Bukit Kaba. 

 Foto curamnya tebing di Bukit Kaba 

Bukit Kaba adalah gunung yang tepat bagi pemula. Dengan ketinggian dibawah 2000 mdpl, Bukit Kaba dibilang cukup ramah bagi pendaki pemula.

Mendaki Bukit Kaba cukup melelahkan dengan waktu 2 jam, tapi itu terbayarkan dengan pesona yang nan eksotis di puncak Bukit kaba. 

Pesona Keindahan Bukit Kaba disaat malam hari  melihat kerlap-kelip kota rejang lebong. Sambil menyantap mie sedap kari ayam spesial dangan campuran telur yang membuat kaldunya semakin mantap.

Di siang hari melihat keindahan dari puncak kawah mati dan kawah hidup yang berwarnah hijau dengan tebing kawah yang berwarna kecokelatan.

Foto kawah mati bukit kaba. 
Dari pendakian pertama ini, saya baru sadar betapa indahnya bumi pertiwi, tapi itu berkurang indahnya tanpa sentuhan dari Perempuan yang sering kusebut Fatmawati, tak dapat kubayangkan betapa indahnya menikmati sunrise berdua bersamamu, tak dapat kupikirkan batepa riangnya perjalanan bersamamu, tapi itu semua hanya hayalan yang senantiasa menyelimut dalam benakku, menyelimut melalui otakku, bayanganmu masuk ke hati yang penuh noda ini dan menetralkan pikiran yang sedang menahan emosi, jika benar ini tentang bunga yang sedang mekar, maka aku memotong bunga itu, agar tak membuat ini semakin parah. 

Puas berfoto dan menikmati panorama nan eksotis, kami turun dari Bukit Kaba. Tak jauh berbeda dengan pendakian, saat turun dari gunung kami merasa cukup kesulitan dengan jalan yang terjal dan licin, membuat saya dan tim sering kali terjatuh. 


Sampai dikaki Bukit Kaba kami langsung mandi air hangat yang ada dikaki gunung, sehabis mandi air hangat kami kembali melanjutkan perjalanan ke posko tempat absen. 


Sebelum pulang kami kembali menyeduh kopi, tapi kali ini sedikit berbeda ditemani dengan gorengan bakwan dan pisang yang masih hangat yang di dibeli dari warung bukdeh Nur. Bukdeh Nur warga desa sumber urip bersama suaminya pak parjo, telah lama berjualan di kaki Bukit Kaba. "pendakian dibukit kaba setiap hari tidak pernah sepi apalagi saat hari-hari besar, yang paling ramai pendaki saat ulang tahun RI, bisa  ratusan pendaki dari berbagai daerah" ujar bukdeh. 


Badan kembali hangat perut kenyang, kami langsung melanjutkan perjalan pulang rumah,. (DS)

1 komentar: